Selasa, 01 Januari 2013



AKUNTANSI UNTUK TRANSAKSI MATA UANG ASING
Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang fungsional dari suatu entitas. Di Indonesia, akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007 yaitu PSAK No.10 tentang transaksi dalam mata uang asing dan PSAK No.11 tentang penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs.
Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beberapa kurs yang digunakan :
1.      Kurs Spot (spot rate)
Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi.
2.      Kurs Sekarang (current rate)
Kurs dimana 1 unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi.
3.      Kurs Historis (historical rate)
Kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.
4.      Forward Rate
Kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam transaksi kontrak berjangka.
                                                                             
Ketentuan PSAK No.10 tentang Transaksi Mata Uang Asing
Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan:
a)      Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing;
b)      Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata uang asing;
c)      Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau
d)      Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.
                                                           
Perlakuan akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing selain kontrak berjangka adalah:
1.      Pengakuan awal
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering digunakan, contohnya, suatu kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan mungkin digunakan untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang asing yang terjadi selama periode itu. Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunakan kurs rata-rata
untuk satu periode tidak dapat diandalkan.
2.      Pelaporan pada Tanggal Neraca Berikutnya
Pada setiap tanggal neraca:
a) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank  Indonesia sebagai indikator yang obyektif;
b) Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca                                         tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi; dan
c) Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai dengan standar akuntansi yang relevan. Misalnya, instrumen keuangan dan properti tertentu (investasi yang dilakukan Dana Pensiun), mungkin dinilai pada nilai wajar atau pada biaya historis. Apakah nilai tercatat ditentukan berdasarkan biaya historis atau nilai wajar, nilai yang ditentukan untuk pos valuta asing dilaporkan pada mata uang pelaporan sesuai dengan Pernyataan ini.
3.      Pengakuan Selisih Kurs
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.
Transaksi Valuta Berjangka
a)      Salah satu transaksi valuta berjangka SWAP adalah transaksi pertukaran dua
valuta asing melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka atau
penjualan tunai dengan pembelian kembali secara berjangka. Pada hakikatnya transaksi
tersebut dilakukan untuk lebih mendapatkan kepastian tentang kurs penjabaran yang
bersif at tetap selama dalam kontrak sehingga pembuat transaksi terhindar dari kerugian
akibat perubahan kurs. Dalam transaksi SWAP pembuat transaksi umumnya
memperhitungkan premi yang ditetapkan terlebih dahulu.
b)      Perlakuan akuntansi transaksi valuta berjangka yang dilakukan untuk tujuan
hedging hutang adalah sebagai berikut:
(i) Selisih kurs tunai (spot rate) dan kurs masa depan (forward rate) dicatat sebagai diskonto atau premi yang harus diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kontrak valuta berjangka.
(ii) Setiap akhir periode harus dihitung selisih kurs untuk hutang dalam mata uang asing (yang diproteksi melalui hedging), forward receivable dan forward payable dalam mata uang asing. Selisih kurs yang timbul sebagai akibat perbedaan antara kurs tanggal neraca dengan kurs tunai pada saat terjadinya transaksi diakui sebagai keuntungan atau kerugian kurs periode berjalan.
Dalam neraca, forward receivable atau forward payable, dan diskonto atau premi yang
belum diamortisasi yang timbul dari kontrak valuta berjangka yang berhubungan harus
dijadikan satu di bagian aktiva atau kewajiban, tergantung pada posisi neto dari
seluruh pos tersebut.
Investasi Neto dalam suatu Entitas Asing
Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam substansinya membentuk bagian investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga saat pelepasan (disposal) investasi neto dan pads saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata UangAsing).
Suatu perusahaan mungkin memiliki suatu pos moneter berupa hutang piutang dengan suatu entitas asing. Apabila timbulnya dan penyelesaian pos moneter tersebut tidak terencana, dalam substansinya merupakan suatu perluasan, atau pengurangan dari, investasi neto perusahaan dalam entitas asing tersebut. Pos moneter itu mungkin mencakup piutang jangka panjang atau pinjaman tetapi tidak mencakup piutang dagang atau hutang dagang.
                                    
Selisih kurs yang timbul dari kewajiban valuta asing yang diperhitungkan sebagai suatu hedging dari investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga pelepasan (disposal) investasi neto, dan pads saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau sebagai beban (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata UangAsing).
Perlakuan Alternatif yang Diizinkan
Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang dalam keadaan tidak tersedia fasilitas hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat perolehan aktiva yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam mata uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva tersebut sepanjang nilai tercatat aktiva yang TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING PSAK No. 10 telah disesuaikan tidak melebihi jumlah terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih harus diungkapkan secukupnya.
Selisih kurs tidak termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva jika tersedia fasilitas hedging hutang valuta asing yang timbul dari perolehan aktiva. Tetapi, kerugian akibat perubahan kurs adalah bagian yang secara langsung dapat diatribusikan pada biaya perolehan aktiva jika kewajiban tidak dapat diselesaikan dan tidak terdapat alat praktis untuk hedging, contohnya, jika sebagai hasil dari pengendalian valuta asing, terdapat penundaan dalam memperoleh mata uang asing. Maka dalam keadaan demikian biaya perolehan aktiva termasuk selisih kurs.

Neraca Saldo (Dasar-Dasar Akuntansi)

A. PENGERTIAN
Neraca Saldo adalah daftar yang berisi kumpulan seluruh rekening/perkiraan Buku Besar.
Neraca Saldo biasanya disiapkan pada akhir periode atau dapat juga disiapkan kapan saja untuk memastikan keseimbangan Buku Besar. Untuk menyiapkan Neraca Saldo, saldo tiap perkiraan harus ditentukan terlebih dahulu.

 
B. FUNGSI
Neraca Saldo disusun untuk memastikan bahwa Buku Besar secara matematis adalah akurat dengan pengertian bahwa jumlah saldo-saldo debet selalu sama dengan saldo-saldo kredit. Namun keseimbangan bukan berarti catatan-catatan akuntansi benar-benar akurat.

 
C. BENTUK

 
NERACA SALDO
Nama Rekening  
No. Rekening 
Debet 
Kredit 
    
    
    
    
    
    
    
    
    

 

 
Saldo setiap rekening disusun berurutan dari rekening Neraca dan rekening Rugi Laba sebagai berikut:
  1. Aktiva Lancar
  2. Aktiva Tetap
  3. Aktiva Lain-lain
  4. Hutang Lancar
  5. Hutanng Tidak Lancar
  6. Ekuitas
  7. Pendapatan Operasi
  8. Pendapatan Non Operasi
  9. Beban Operasi
  10. Beban Non Operasi

 

 
D. CONTOH
Berdasar contoh Buku Besar pada BAB IV dapat disusun Neraca Saldonya sebagai berikut:

 
NERACA SALDO
Nama Rekening  
No. Rekening 
Debet 
Kredit 
Kas  
 
356.250.000 
-
Piutang  
 
5.000.000 
- 
Kendaraan  
 
150.000.000 
- 
Peralatan  
 
50.000.000 
 
Hutang  
 
- 
50.000.000 
Modal  
 
- 
500.000.000 
Pendapatan  
  
13.000.000 
Beban Telepon 
 
1.000.000 
- 
Beban Asuransi 
 
750.000 
- 
    
Saldo  
 
563.000.000 
563.000.000 
Latihan 12
Berdasarkan soal latihan 11 pada BAB IV susunlah Neraca Saldonya.

 
Jawab:
NERACA SALDO
Nama Rekening  
No. Rekening 
Debet 
Kredit 
    
    
    
    
    
    
    

 

Jurnal umum

Jurnal (dalam bahasa Inggris Journal) adalah catatan akuntansi permanen yang pertama (book of original entry), yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan perusahaan secara kronologis dengan menyebutkan akun yang di Debet maupun yang di Kredit.

Fungsi Jurnal

Fungsi jurnal meliputi :
  • Fungsi historis, yaitu jurnal merupakan kegiatan mencatat semua transaksi keuangan secara kronologis atau berurutan sesuai dengan tanggal terjadinya.
  • Fungsi mencatat, yaitu jurnal merupakan pencatatan yang lengkap terperinci, artinya semua transaksi dengan sumbernya harus dicatat tanpa ada yang ketinggalan.
  • Fungsi analisis, yaitu jurnal menganalisis transaksi untuk menentukan akun yang harus di Debet maaupun yang di Kredit.
  • Fungsi instruktif, yaitu jurnal merupakan perintah memposting dalam buku besar baik yang di Debet maupun yang di Kredit sesuai hasil analisis dalam jurnal.
  • Fungsi informatif, yaitu jurnal memberikan keterangan kegiatan perusahaan secara jelas.

Bentuk Jurnal Umum

Bentuk jurnal umum adalah : Jurnal Umum
Halaman : (1)
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
1 2 3 4 5
Keterangan :
  • 1) Diisi dengan nomor halaman jurnal secara berurutan.
  • 2) Diisi dengan tanggal terjadinya transaksi secara berurutan dengan kronologis terjadinya transaksi.
  • 3) Diisi nomor surat bukti transaksi.
  • 4) Diisi dengan nama akun yang di debet ditulis terlebih dahulu, baris bawahnya ditulis akun yang di kredit dan ditulis menjorok ke sebelah kanan. Selanjutnya baris bawahnya ditulis penjelasan ringkas transaksi yang bersangkutan.
  • 5) Diisi nomor kode akun, tetapi ingat nomor kode akun ini diisi hanya jika akan diposting ke buku besar.
  • (6) Dan (7) diisi dengan jumlah rupiah dari akun yang di debet maupun yang di kredit.
Sebelum bukti transaksi keuangan dicatat dalam jurnal, terlebih dahulu dilakukan analisis untuk menentukan pengaruhnya terhadap akun-akun di perusahaan. Pola pencatatan transaksi dalam jurnal diatur dalam sebuah mekanisme Debet dan Kredit. Pengertian Debet dalam Akuntansi menunjukan sisi sebelah kiri dan Kredit menunjukan sebelah kanan. Mekanisme Debet dan Kredit terlihat dalam tabel sebagai berikut :
  Bertambah Berkurang
Harta Debet Kredit
Utang Kredit Debet
Modal Kredit Debet
Pendapatan Kredit Debet
Beban Debet Kredit

Contoh Transaksi

Berikut ini contoh pencatatan dalam jurnal umum untuk transaksi yang terjadi selama bulan Mei tahun 2006 di perusahaan MAMAT TAILOR
1 Mei: Tn. MAMAT menyetor uang pribadi ke dalam perusahaan “MAMAT TAILOR” sebagai modal awal usaha jahit sebesar Rp 4.000.000,- Analisis transaksi :
  • Harta perusahaan dalam bentuk Kas bertambah Rp 4.000.000,- (Debet)
  • Modal Tn. Ali Bertambah Rp 4.000.000,- (Kredit)
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
1 Mei Kas
4000000  

Modal
  4000000
2 Mei: Disewa sebuah ruko untuk usaha jahit dengan membayar Rp 1.200.000,- untuk 6 bulan. Analisis transaksi :
  • Harta perusahaan dalam bentuk Sewa Dibayar Dimuka bertambah Rp 1.200.000,- (Debet)
  • Harta perusahaan dalam bentuk Kas berkurang Rp 1.200.000,- (Kredit)
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
2 Mei Sewa Dibayar Di Muka
1200000  

Kas
  12000000
4 Mei: Dibeli tunai perlengkapan jahit dari Toko Jaya dengan harga Rp 800.000,- Analisis transaksi :
  • Harta perusahaan dalam bentuk Perlengkapan Jahit bertambah Rp 800.000,- (Debet)
  • Harta perusahaan dalam bentuk Kas berkurang Rp 800.000,- (Kredit)
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
4 Mei Perlengkapan jahit
800000  

Kas
  800000
10 Mei: Telah diselesaikan jahitan pakaian langganan seharga Rp 300.000 dan langsung diterima pembayarannya. Analisis transaksi :
  • Harta perusahaan dalam bentuk Kas bertambah Rp 300.000,- (Debet)
  • Pendapatan perusahaan bertambah Rp 300.000,- (Kredit)
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
10 Mei Kas
300000  

Pendapatan perusahaan
  300000
12 Mei: Dibeli peralatan jahit dari Toko Sekawan seharga Rp 1.500.000,- baru dibayar Rp500.000,- Analisis transaksi :
  • Harta perusahaan dalam bentuk Peralatan Jahit bertambah Rp 1.500.000,- (Debet)
  • Harta perusahaan dalam bentuk Kas berkurang Rp 500.000,- (Kredit)
  • Utang perusahaan (ke Toko Sekawan) bertambah Rp 1.000.000,- (Kredit)
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
12 Mei Peralatan jahit
1500000  

Kas
  500000

Utang perusahaan
  1000000
18 Mei: Telah diselesaikan jahitan pakaian Tn. Ahmad seharga Rp 1.700.000 sudah dikirimkan tagihannya. Analisis transaksi :
  • Harta perusahaan dalam bentuk Piutang Usaha bertambah Rp 1.700.000,- (Debet)
  • Pendapatan perusahaan bertambah Rp 1.700.000,- (Kredit)
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
18 Mei Piutang usaha
1500000  

Pendapatan jahit
  500000
19 Mei: Dibayar ke Toko Sekawan Rp 800.000,- atas pembelian peralatan jahit tanggal 12 Mei. Analisis transaksi :
  • Utang perusahaan (ke Toko Sekawan) berkurang Rp 800.000,- (Debet)
  • Harta perusahaan dalam bentuk Kas berkurang Rp 800.000,- (Kredit)
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
19 Mei Utang perusahaan
800000  

Kas
  800000
20 Mei: Dibayar gaji pegawai untuk 2 minggu kerja Rp 200.000,-
  • Beban Gaji bertambah Rp 200.000,- (Debet)
  • Harta perusahaan dalam bentuk Kas berkurang Rp 200.000,- (Kredit)
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
19 Mei Beban Gaji
200000  

Kas
  200000
21 Mei: Diterima pinjaman dari BCA Rp 2.000.000,- dikenakan biaya administrasi Rp250.000.
  • Kas bertambah Rp 1750000,-
  • Beban administrasi bertambah Rp 250000,-
  • Utang bank bertambah Rp 2000000,-
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
21 Mei Kas
1750000  

Beban administrasi
  250000

Utang bank
  2000000
22 Mei: Tn. Ali mengambil uang perusahaan untuk keperluan pribadi Rp 400.000,-
  • Harta perusahaan dalam bentuk Kas berkurang Rp 400.000,- (Kredit)
  • Pengambilan pemilik (Prive) bertambah Rp 400.000,- (Debet)
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
22 Mei Prive
400000  

Kas
  400000
Jurnal umum secara utuh 31 Desember:
ALI TAILOR Jurnal Umum Per 31 Mei 2006
Tanggal Nama Akun Referensi Debet Kredit
1 Mei Kas
4000000  

Modal
  4000000
2 Mei Sewa Dibayar Di Muka
1200000  

Kas
  12000000
4 Mei Perlengkapan jahit
800000  

Kas
  800000
10 Mei Kas
300000  

Pendapatan perusahaan
  300000
12 Mei Peralatan jahit
1500000  

Kas
  500000

Utang perusahaan
  1000000
18 Mei Piutang usaha
1500000  

Pendapatan jahit
  500000
19 Mei Utang usaha
800000  

Kas
  800000
21 Mei Kas
1750000  

Beban administrasi 250000  

Utang bank
  2000000
22 Mei Prive
400000  

Kas
  400000


Total 260000 1000000

Neraca Lajur (Dasar-Dasar Akuntansi)

A. PENGERTIAN
Neraca Lajur adalah kertas kerja berkolom-kolom untuk memudahkan dalam membuat penyesuaian dan penyusunan laporan keuangan.
Neraca Lajur disusun dengan memindahkan data-data Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian..

 
B. BENTUK
Berikut ini adalah bentuk Neraca Lajur 10 (sepuluh) kolom.

 
NERACA LAJUR
Perkiraan 
Neraca Saldo 
Penyesuain
Neraca Saldo setelah Penyesuain 
Rugi-Laba 
Neraca 
 
D 
K 
D 
K 
D 
K 
D 
K 
D 
K 
           
           
           
           
           
           
           
           
           
           
           
           
           

 
C. CONTOH

 
Berdasarkan contoh Neraca Saldo pada BAB V dan contoh jurnal penyesuaian pada BAB VI dapat disusun Neraca Lajur sebagai berikut:

 
NERACA LAJUR
(Dalam Ribuan)
Perkiraan 
Neraca Saldo 
Penyesuain 
Neraca Saldo setelah Penyesuain 
Rugi-Laba 
Neraca 
 
D 
K 
D 
K 
D 
K 
D 
K 
D 
K 
Kas  
356.250 
   
356.250 
   
356.250 
 
Piutang dagang 
5.000 
   
5.000 
   
5.000 
 
Kendaraan  
150.000 
   
150.000 
   
150.000 
 
Peralatan  
50.000 
   
50.000 
   
50.000 
 
Hutang dagang  
50.000 
   
50.000 
   
50.000 
Modal   
500.000 
   
500.000 
   
500.000 
Pendapatan  
13.000 
600 
500 
 
12.900 
 
12.900 
  
Beban telepon 
1.000 
   
1.000 
 
1.000 
   
Beban asuransi 
750 
  
500 
250 
 
250 
   
 
563.000 
563.000 
        


Beban depresiasi 
  

 
9.000 
 

 
9.000 
 

 
9.000 
  

 
Ak. Depr.     
9.000 
 
9.000 
   
9.000 
Asuransi dibyr dimk   
500 
 
500
   
500 
 
Beban gaji   
2.000 
 
2.000 
     
Hutang gaji    
2.000 
 
2.000 
2.000 
  
2.000 
Pendptan diterima dimk    
600 
 
600 
   
600 
Piutang pendapatan   
500 
 
500 
   
500 
 
   
12.250 
12.250 
574.500 
574.500 
12.250 
12.900 
 
650 
Laba        
650 
   
       
12.900 
12.900 
562.250 
562.250 



 

 

 

 

 
Latihan 14
Buatlah jurnal penyesuaian untuk transaksi-transaksi berikut ini:
  1. Perusahaan telah membayar sewa gedung kantor untuk 3 tahun ini sebesar Rp 12.000.000;
  2. Perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan perbaikan mobil senilai Rp 10.000.000; tetapi uangnya belum diterima.
  3. Asuransi yang telah jatuh tempo sebesar Rp 1.000.000; dari Rp 2.000.000;
  4. Perusahaan masih harus membayar gaji pegawai sebesar Rp 750.000;
  5. Sisa perlengkapan yang ada sebesar Rp 500.000;
  6. Beban depresiasi kendaraan sebesar Rp 1.000.000;

 
Jawab :
JURNAL PENYESUAIAN
Tanggal  
Rekening  
Ref 
Debet  
Kredit  
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     


Berdasarkan data neraca saldo berikut ini dan jurnal penyesuaian di atas buatlah neraca lajurnya!


NERACA LAJUR
(Dalam Ribuan)
Perkiraan 
Neraca Saldo 
Penyesuain 
Neraca Saldo setelah Penyesuain 
Rugi-Laba 
Neraca 
 
D 
K 
D 
K 
D 
K 
D 
K 
D 
K 
Kas  
100.000 
         
Piutang  
50.000 
         
Perlengkapan  
1.000 
         
Peralatan  
75.000 
         
Kendaraan  
80.000 
         
Hutang   
80.000 
        
Modal   
200.000 
        
Pendapatan   
41.000 
        
Beban telepon 
500 
         
Beban gaji 
500 
         
Beban Asuransi 
2.000 
         
Beban sewa 
12.000 
         
 
321.000
321.000